Travel Umroh Haji Plus Khazzanah Tour Jakarta: Nilai-nilai Ritual Ibadah Haji

PT Galih Tunggal Perkasa
Khazzanah Tours

Head Office : Jl Terusan I Gusti Ngurai Rai No. 6
Pondok Kopi Duren Sawit Jak - Tim. 13460
Khazzanah Tours

Nilai-nilai Ritual Ibadah Haji

ibadah haji
Ibadah haji merupakan salah satu ibadah yang penuh dengan hikmah dan nilai-nilai ritual. Namun, masih banyak di antara kita yg belum mengetahui apa saja nilai-nilai ritual ibadah haji.
Ibadah haji terdiri dari rangkaian ritual yang saling berkesinambungan satu sama lain, merupakan warisan turun-temurun yang mana di dalamnya terdapat pesan baik secara eksplisit maupun inplisit yang sering kali  mendekati makna esoteric. Kandungan nilai-nilai yang terismpan dalam ibadah haji itulah yang akan mengantarkan kepada sejatinya manusia sebagai hamba, dan mahluk sosial.
Tujuan ibadah haji yang dilakukan umat Islam bukan untuk Allah, tetapi untuk mendekatkan diri kepada-Nya. Hakikat manusia sebagai makhluk  dipraktikkan dalam pelaksanaan ibadah haji, dalam acara-acara ritual, atau dalam tuntunan non-ritualnya, dalam bentuk kewajiban atau larangan, dalam bentuk nyata atau simbolik dan semuanya, pada akhirnya mengantarkan seorang haji hidup dengan pengamalan dan pengalaman kemanusiaan universal.

Ihram : Di sinilah pijakan pertama kali ritual ibadah haji di mulai, meliputi mandi sunah, mengenakan pakaian ihram, niat dan sholat sunah sebanyak 2 rakaat.
Niat merupakan tiang bagi semua ibadah.Maka tidaklah salah jika nilai sebuah ibadah tergantung pada niatnya dan kesempurnaan ibadah terletak pada prakteknya.
Ihram terdapat berbagai muatan nilai berupa theologis bahwa esensi haji absolut sebagai bentuk panghambaan kepada Allah, dengan niat pengesaan tanpa unsur duniawi. Dimensi psikologis setiap manusia akan merasakan gejolak jiwa ketika bertemu dengan yang disukainya, baik berupa perasaan senang, khawatir, takut dan lain sebagainya. Seperti hal nya ketika Ihram saat melepas semua pakaian berjahit dan berniat melakukan haji dengan segala bentuk ritual yang disyariatkan, berbagia rasa berbaur dalam hati manusia.Hingga mencapai sebuah puncak pengalaman spiritual manusia sebagai hamba yang bersifat universal.

Thawaf: yakni mengelilingi ka’bah sebanyak tujuh kali. Al Qur’an menyebutkan Ka’bah merupakan rumah yang pertama kali dibangun, Peletakan batu pertama oleh nabi Ibrahim As pada pusat bumi berdasarkan ilham ilahi, Ka’bah secara vertikal satu titik dengan baitul ma’mur yakni tempat dimana para malaikat bertawaf. Penelitian sains telah mengungkap sebuah fakta bahwa Ka’bah terletak di pusat bumi, sebagai simbol rotasi alam semesta dimana matahari sebagai pusat tata surya dikelilingi oleh planet-planet.Disebutkan dalam riwayat bahwa ritual thawaf pertama kali dilakukan oleh nabi Adam As. Sebagi bentuk pertaubatan kepada Allah Swt. Ka’bah dikelilingi oleh jutaan umat muslim diseluruh dunia dengan membentuk putaran yang memusat pada satu titik, dengan penuh pengharapan, kerendahan diri dan penyucian jiwa. Semua manusia ketika berthawaf memusatkan gerakan kepada Ka’bah meski himpitan dan desakan tak dapat dihindari.
Thawaf merupakan simbol perjuangan manusia untuk mendekatkan diri kepada Allah Swt. Menyatukan langkah dan memusatkan hati kepada eksistensi sang pencipta. Sehingga ketika ideologi manusia terpusat pada eksistensi sang pencipta, maka segala elemen yang ada mengitari pusatnya dan keridhoan Allah Swt lah merupakan hadiah terindah dalam kehidupan.

Sa’i: secara literal berlari-lari kecil antara bukit Shafa dan Marwah selama tujuh kali putaran, banyak para ulama menafsirkan makna di balik angka tujuh ini, diantaranya tujuh lapisan langin dan bumi, namun apapun makna dibalik itu semua, ritual Sa’i dengan tujuh kali putaran bersifat tawqifi dan hakikat sebenarnya hanya diketahui oleh sang pencipta.
Sa’i memiliki simbol eskistensi perjuangan hidup manusia bahwa kehidupan selalu bergerak dan usaha merupakan bukti dari pada pergerakan hidup.
Dipandang dari segi sejarah, sa’i dilakukan pertama kali oleh seorang perempuan yang bernama Siti Hajar, beliau berlari-lari antara bukit Shafa dan Marwa selama tujuh kali, dengan tujuan mencari air untuk sang buah hati yakni Ismail As. Kala itu mereka berdua berada di padang pasir yang tandus tanpa oase maupun pepohonan. Demi bertahan hidup sang buah hati, sang ibu bersusah payah mencari air, karna airlah merupakan sumber kehidupan. Dan Kami jadikan dari air segala sesuatu”(QS.Al Anbiya:30)
Di sini ada hal yang menarik untuk disimak.Ada simbol perempuan dalam perjuangan, kasih sayang dan tanggung jawab. Ketika ia sendirian tanpa seorang suami, hanya berdua dengan sang buah hati yang saat itu tak henti-henti menangis, dengan kondisi fisik yang lemah hingga tak dapat memberikan ASI, sosok Hajar begitu kuat dengan segala keterbatasn fisik ia mampu berlari-lari mencari sumber kehidupan, satu dua kali bahkan sampai tiga kali hingga tujuh kali dia tak putus asa terus dan terus berlari hingga akhirnya ia menemukan pancaran air dari kaki sang bayi. Dalam kelemahan seorang perempuan terdapat harapan serta  semangat yang kuat dan bukti dari pada kasih sayang seorang ibu kepada sang buah hati segala pengorbanan akan ia perjuangkan.
Tokoh Siti Hajar mewakili sosial kultural saat itu dimana kedudukan wanita dipandang rendah, dan identitas Hajar sebagai budak dari kasta rendah, yang dipandang sebelah mata oleh masyarakat kala itu. Namun Allah Swt  melalu sosok Siti Hajar mengangkat derajat perempuan tanpa memandang status sosial semua sama dihadapan Allah Swt. 
Bukti ketaatan perempuan sebagai seorang istri, yang ditinggalkan suaminya dipadang pasir yang tandus masih terkenang sampai saat ini, bukti dari perjuangan seorang ibu untuk sang buah hati kini menjadi ritual suci dalam ibadah haji.
Air zam-zam sampai saat ini masih terus mengalir, bersih dan penuh berkah mengisyaratkan bahwa layaknya manusia mencari sumber kehidupan yang bersih, halal sehingga memberikan keberkahan. makna lain dari sa’i ialah layaknya manusia melepaskan dirinya dari rasa takut dan hanya berharap dan meminta kepada Allah Swt.

Wuquf Arafah: wuquf merupakan tiang utama dari ibadah haji sebagai mana sabda Rasulluallah Saw.” Al haju arafah”.Wuquf di Arafah merupakan ritual yang paling sakral dalam prosesi ibadah haji.Wuquf secara eptimologi yakni berdiam diri.Dalam ayat-ayat al qur’an terdapat banyak korelasi antara haji dengan mengingat Allah Swt. Dalam surat Al Baqarah ayat 199-203 disebutkan esensi ibadah haji secara berurutan yakni mengingat Allah Swt. Sehingga wuquf memiliki makna berdiam diri dipadang yang luas untuk mengingat Allah Swt. dengan berdoa dan memaknai hakikat siapa diri ini dan kemana akan kembali.
Wuquf memiliki pesan persamaan semua manusia dari seluruh penjuru dunia, tanpa memandang ras, suku, martabat, tahta, bahasa dan lain sebagainya. Mereka berada dalam satu tempat yang sama, dengan satu kain pakaian yang sama, di bawah sengatan sinar matahari, semua sama-sama bermunajat kepada Allah Swt. Tak ada yang membedakan satu sama lainnya dihadapan Allah Swt. Kecuali ketakwaannya. Semua manusia akan berasal dari-Nya dan akan kembali kepada-Nya.
Wuquf merupakan gambaran hari mahsyar, dimana kelak seluruh manusia dikumpulkan di bawah sengatan matahari tanpa sehelai kain, hanya amal merekalah yang menentukan. Sebagaimana Allah Swt. Berfirman dalam surat Al Syu’ura:88-89 “Hari dimana harta dan anak-anak tak akan berguna, kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih. Dan di hari itu didekatkanlah surga kepada orang-orang yang bertaqwa, dan diperlihatkan dengan jelas neraka kepada orang- orang yang sesat)”.
Wuquf memiliki pisikologis ketika manusia merasa satu perasaan, memiliki persamaan maka akan menimbulkan rasa saling memiliki, saling mengasihi dan menimbulkan persaudaraan. Dari persaudaraan ini lah timbul persatuan. Dalam skala besar makna persatuan umat muslim diseluruh dunia merupakan sumber kekuatan Islam.
Wuquf memberikan cerminan persamaan status terhadap sesama, ketika kita memahami hakikat maka semua sama tak ada status. Kelas yang membedakan derajat manusia. Hanya ketaqwaanlah yang membedakan makhluk di hadapan sang pencipta. Di samping itu wuquf merupakan manifestasi kebahagiaan manusia, dengan menanamkan nilai-nilai wuquf  manusia maka akan terealisasi  ketenangan dan kebahagiaan dalam kehidupan. Karna hakikat hidup dengan mengingat Allah Swt kita tahu siapa sejatinya diri kita.
Dalam prosesi wukuf menuju melempar jumrah ada dimensi waktu perputaran siang dan malam, para Jemaah haji bermalam di muzdalifah, mengumpulkan batu dan kerikil guna melempar jumroh di mina.Di sini ada dimensi waktu dalam ritual perputaran siang dan malam.Dimana perputaran dua alam mengisyaratkan supaya manusia tidak melenceng kearah kanan dan kiri, selau konsisten dalam setiap keadaan.

Melempar jumroh:yakni melempar tujuh kali batu di mina pada tiga tempat yakni jumrah aqobah, wusto dan ula. Melempar jumroh merupakan simbol pengusir syetan yang dilakukan oleh Nabi Ibrahim As. Ketika beliau hendak melaksanakan perintah Allah Swt. Untuk menyembelih Nabi Ismail As. Melempar jumroh memiliki makna pembersihan sifat-sifat kesetanan dalam diri manusia, keegoisan dan simbol nyata bahwa setan merupakan musuh manusia artinya pelemparan batu yang berkali-kali dan dalam tempat yang berbeda, mengisyaratkan bahwa dengan segala macam cara syetan akan mengajak anak cucu adam dan menyesatkannya dari jalan yang lurus. Makna lainnya dari melempar jumroh adalah pembebasan hati manusia dari hawa nafsu dan menjauhi perintah syetan, menuju kepada ketaatan yang hakiki.

Berqurban: Secara eptimologi yakni dekat atau mendekatan diri. Dalam Haji berqurban berarti mendekatkan diri kepada Allah, melalui penyembelihan ternak yang merupakan simbol kepatuhan dan ketaatan sebagai salah satu bentuk ketaqwaan kepada Allah Swt.
Dimensi sejarah qurban merupakan puncak pengorbanan tertinggi dari bapa pada nabi setelah melewati fase-fase ujian dan cobaan yang begitu berat, sampai akhirnya nabi Ibrahim As. Dapat melewati segala proses tersebut. Nabi Ibrahim sebagai simbol seorang ayah yang merelakan anaknya di qurbankan, padahal sang buah hati sangat disayanginya, sejak kecil ikatan seorang ayah dengan anaknya terpisahkan, ketika menginjak dewasa nabi Ibrahim As. Harus mempersembahkan sang buah hatinya kepada sang pencipta. Artinya qur’ban merupakan totalitas kepasrahan, kerelaan seorang hamba.Dan merupakan persembahan terbaik dari seorang hamba. Karna persembahan terbaik itulah yang akan diterima oleh Allah Swt. Sebagaimana dikisahkan oleh kedua anak Adam, Qabil dan Habil.
Selain itu, qurban adalah simbol perjuangan manusia mewujudkan solidaritas sosial ekonomi demi kesejahteraan bersama. Rasyid Ridho menyatakan, bahwa: “ ibadah qurban melambangkan perjuangan kebenaran yang menuntut tingkat kesabaran, ketabahan dan pengorbanan yang tinggi”.  Pandangan ini mengajak kita untuk menaruh perhatian yang tinggi kepada dimensi moral dan perjuangan kemanusiaan ini.Dan semua harus terus diperjuangkan bagi terwujudnya keadilan dan kesejahteraan sosial.Kepemihakan Islam terhadap komunitas manusia yang miskin atau dimiskinkan oleh struktur sosialnya merupakan komitmen utama Islam. Menyembelih hewan adalah menyembelih sifat-sifat kebinatangan yang menyesatkan dan yang seringkali tidak peka dan tak peduli terhadap penderitaan orang lain.
Tahalul merupakan prosesi  dalam ritual ibadah haji dengan mencukur sebagian rambut. sebagai simbol rasa syukur dan pembersihan jiwa dari hal-hal yang kotor. Sehingga manusia kembali kepada fitrah asalnya.
Makna yang yang ada dalam ibadah haji baik secara ekplisit maupun inplisit dan esoteris inilah  selayaknya diaplikasikan oleh umat muslim dalam kehidupan sehari-hari.

Sekian penjelasan mengenai nilai-nilai ritual ibadah haji, mudah-mudahan dapat memberikan manfaat bagi kita.

Back To Top